Selasa, 24 Juni 2008

tugas formatif metodologi penelitian

POPULASI DAN SAMPEL DAN TEKNIK-TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

A. Pengertian

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur,fenomena dan lain sebagainya.

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu banyak, apa yang bisa kita lakukan adalah mengambil beberapa representatif dari suatu populasi kemudian diteliti. Representatif dan populasi ini yang dimaksud dengan sampel.

Objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi. Namun dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari objek tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasinya dipergunakan tehknik sampling yaitu prosedur untuk mendapatkan dan mengumpulakan karakteristik yang berada di dalam populasimeskipun data itu belum diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampel yang dianggap dapat mewakili populasinya.[1]

Didalam menentukan populasi penelitian tergantung batasan sepihak dari pelaksanaan semula, dan untuk pegangan dapat digunakan gambaran sebagai berikut: misalnya kita hendak melakukan penelitian tentang sistem pembinaan narapidana dilembaga pemasyarakatan. Penelitian ini mengambil permasalahan sistem pembinaanya yang dilaksanakan disuatu lembaga pemasyarakatan, dengan populasi ada beberapa kemungkinan tergantung dari keperluan dilakukannya penelitian (berupa tujuannya).

B. Tekhnik-Tekhnik/Teori Pengambilan Sampel

Sampel diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya. Sebagai perbandingan, seorang mencari informasi dari 100 orang akan memperoleh hasil yang lebih detail dibandingkan menggali informasi dari 1000 orang responden.

Dalam penelitian pengambilan sampel yang tepat merupakan langkah awal dari keberhasilan penelitian, karena dengan pemilihan sampel yang dilakukan dengan tidak benar akan menghasilkan temuan-temuan yang kurang memenuhi sasarannya.

Pada prinsipnya tidak ada aturan yang eksak untuk menentukan prosentase yang dianggap tepat dalam menentukan sampel, namun secara logic dengan mengambil sampel yang lebih banyak akan menghasilkan yang lebihy baik dibandingkan dengan yang kurang.[2]

Pemilihan sampel secara probabilitas ini, harus memperhatikan jumlah populasi dan sampelnya serta tanpa memperhatikan keadaan heterogenitas pada populasinya. Setiap elemen yang mempunyai kesempatan yang sama ini, apabila diukur dengan instrument atau permasalahan yang diajukan. Hal ini biasanya dikaitkan dengan sampelnya permasalahan apabila dihadapkan dengan keadaan respondenya.

Beberapa tehnik pengambilan sampel yang biasa dikenal antara lain adalah sampling acak (random sampling), sampling kelompok (cluster sampling), sampling berstrata (stratified sampling), sampling bertujuan (purposive sampling), sampling daerah atau wilayah (area sampling), sampling kembar (double sampling), dan sampling berimbang (proportional). Teknik yang disebut terakhir, yaitu sampling berimbang merupakan satu teknik yang menunjuk pada ukuran besarnya bagian sampelnya, dan penggunaannyaselalu dikombinasikan dengan teknik sampling yang lain.[3]



[1] P. Joko Subagyo, S.H, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: rineka cipta, 2004),cet, ke-4.hal. 23.

[2] P. Joko Subagyo, S.H, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Op.Cit. hal. 29.

[3] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian.(Jakarta: PT. Asdi mahasatya, 2005),cet ke-7, hal. 95.

UAS metlit

Nama kelompok : ADE PUTRI IRIANI (106011000052)

ANI MAYRANI (106011003548)

DAHRIA (106011000078)

AISYAH (106011000064)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses trnasformasi dan internalisasi nialai-nilai serta ilmu pengtahuan dalam rangka mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik untuk mencapai keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya pendidikan itu diperolah dari proses pembeljaran disekolah-disekolah formal.

Proses pembeljaran adalah proses bagi peserta didik dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang efektif harus melibatkan peserta didik secara aktif. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi peserta didik atau guru. Pendidik atau guru memiliki arti dan peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan.

Peranan peindidik atau guru yang lebih luas seperti yang dikemukakan oleh Adams dan dickey yaitu :

  1. Guru sebagai pengajar. Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah. Dia menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.
  2. Guru sebagai pembimbing. Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri.
  3. Guru sebagi ilmuan. guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan.
  4. Guru sebagi pribadi. Sebagai pribadi seorang guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi murid-muridnya, orang tua dam masyarakat.

Dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan peranan guru adalah sebagai pembimbing dan pengabdi anak-anak, artinya guru harus selalu siap sedia memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak dalam pertumbuhannya. Seorang guru harus mengetahui apa, mengapa dan bagaimana proses perkembangan jiwa anak itu. Karena dia sebagai pendidik formal memang terutama bertugas untuk mengisi kesadaran anak-anak, membina mental, membentuk moral dan membangun Kepribadian yang baik dan integral sehingga mereka kelak berguna bagi bangsa dan negara.

Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap peserta didik terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antar peserta didik satu dengan peserta didik yang lain. Selama disekolah guru mempunyai peran penting dalam penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan, guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif).

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap guru memiliki tiga peran dalam proses belajar mangajar, yaitu peran sebagai komunikator, fasilitataor dan motivator. Sebagai komunikator, dalam mengajarkan bahan-bahan ilmu pengetahuan guru mengalihkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa dan membuat mereka mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajari. Sebagai fasilitator guru berupaya untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar bagi siswanya. Sebagai motivator, guru menimbulkan minat dan semangat pada siswa untuk secara terus menerus dalam mempelajari dan mendalami ilmunya.

Dalam memerankan sebagai motivator, fasilitator dan motivator guru dapat mempergunakan berbagai macam strategi pendidikan dan pengajaran. Strategi pengajaran yang efektif adalah jika guru menggunakan strategi-strtaegi yang berorientasi pada siswa, yang bertitik tolak kebutuhan siswa untuk terus dibina dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Untuk memenuhi kebutuhan itu semua dibutuhkan profesionalisme guru. Guru yang profesional tentu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah initi pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan mengenai cara-cara menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan.

Guru sebagai pekerja profesional harus menfasilitasi dirinya dengan seperangkat pengalaman keterampilan, dan pengetahuan tentang keguruan, selain harus menguasai subtansi keilmuan yang ditekuninya. Dalam tugasnya guru ikut aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional yang membutuhkan keahlian khusus.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh profesional guru dan untuk menambah khazanah dan wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Bagi para guru dapat mengambil manfaat dalam meningkatkan profesionalismenya, dan bagi penulis bermanfaat untuk bekal mendidik, mengajar dan melatih siswa dikemudian hari, serta dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.

C. Focus

Berdasarkan uraian yang di jelaskan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan dijadikan dalam penelitian ini adalah: “bagaimanakah profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar?”

Bab II

KAJIAN TEORI

PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PENGAJARAN

A. Pengertian Profesionalisme Guru

  1. Pengertian Profesionalisme

“profesionalisme” kata profesi masuk ke dalam kata bahsa indonesia melalui bahasa inggris (profession) atau bahasa Belanda (professie). Kedua kata tersebut menerima kata ini dari bahasa latin. Dalam bahasa latin kata professio berarti “pengakuan” atau “pernyataan”.[1]

Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata profesional artinya adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Profesional mutu kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi orang yang profesional.[2]

Secara etimologi, profesi berasal dari istilah bahasa inggris yaitu, Professsion atau bahasa latin Profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerhaan tertentu. Sedamgkan secara terminology profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakuya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan penngetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan perbuatan praktis. Merujuk pada defenisi ini, pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan manual atau fisikal, meskipun levelnya tinggi, tidak digolongkan dalam profesi.[3]

Professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.[4]

Prof. Dr. Sikun Pribadi (1982) menyatakan, profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan atau janji yang terbuka (to profess : menjabat/ menyatakan), bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan tertentu karena merasa terpanggil.[5]

Profesional mengandung makna yang lebih luas daripada hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesional mempunyai makna ahli atau (ekspert), tanggung jawab (responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki rasa kesejawatan.

Menurut Rocman Natawidjaja ada beberapa kriteri sebagai ciri suatu profesi :

1. ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.

2. ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.

3. ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan klienya.

4. ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.

5. ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa awam) terhadap pekerjaan itu suatu profesi.

6. ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.[6]

Jadi dengan enam kriteria yang telah disebutkan itulah menurut Rachman Natawidjaja dapat diadakan penilaian apakah guru itu suatu profesi.

Profesionalitas guru merupakan kemampuan akademis dalam melakukan sesuatu dibidang keguruan, meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar, mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan kependidikan, dan mengelola interaksi belajar mengajar dituntut memiliki profesionalitas yang tinggi sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Oteng sutisna mengemukakan bahwa :

a. persyaratan professional pendidikan, antara lain:

· sudah berpengalaman mengajar

· menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar

· bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal atau cara

· mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok disamping secara klasikal

· mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan

· menguasai berbagai teknik dan model penilaian

· mempunyai kegemaran membaca dan belajar

b. persyaratan kepribadian, antara lain:

· bersikap terbuka terhadap hal-hal baru

· peka terhadap perkembangan anak

· penuh pengertian

· mempunyaisifap toleransi

· mempunyai kreatifitas yang tinggi

· bersikap ingin tahu.[7]

Untuk mewujudkan tuntutan akan guru professional, maka seorang guru dituntut memiliki lima hal yang akan menjadi cirri-ciri dari guru professional yaitu:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknis evaluasi, mulai cara pengamatan dalam prilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukan dan belajar dari pengalamannya.

e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.[8]

Menurut Suwarno mengusulkan enam syarat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, yaitu:

a. Kedewasaan

b. Identifikasi norma, artinya menjadi satu dengan norma yang disampaikan kepada anak.

c. Identifikasi dengan anak, artinya pendidik dapat menempatkan diri dalam kehidupan anak hingga usaha pendidik tidak bertententang dengan kodrat anak.

d. Knowledge, mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan.

e. Skill, mempunyai ketrampilan mendidik

f. Attitude, mempunyai sikap jiwa yang positif terhadap pendidikan.[9]

B. Kompetensi Dasar Guru

Menurut Drs. H. Tarsa dalam bukunya Basic Kompetensi Guru, keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan dasar yang dimiliki guru. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki kemampuan dasar sbagai berikut:

1. Kemampuan Merencanakan Program Belajar Mengajar

Kemampuan merencanakan program belajar mengajar merupakan hal yang paling utama dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Maka arti dari perencanan program belajar mengajar adalah suatu perkiaraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selam pengajaran itu berlangsung.

2. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru harus mampu memahami prinsip-prinsip dan cara-cara belajar. Untuk itu guru harus mampu:

a. Mengenal prinsip-prinsip dan cara-cara belajar mengajar pada umumnya dan yang berlaku dalam mata pelajaran yang bersangkutan

b. Mendemonstrasikan kemampuannya dalam melaksanakan berbagai keterampilan dasar mengajar

c. Mendemonstrasikan kemampuannya dalam melaksanakan berbagai metode mengajar

d. Menentukan strategi megajar

e. Merancang program pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kemampuan peserta didik

f. Melaksanakan proses pembelajaran berdsarkan proses pembelajaran yang telah dirancang

g. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik dan membantunya melalui program perbaikan.

3. Menguasai Bahan Pelajaran

Kemampuan penguasaan mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku mutlak harus dimiliki guru. Untuk menambah wawasan pada kegiatan belajar mengajar seorang guru perlu menguasai materi dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang mata pelajaran yang diajarkannya. Dengan demikin guru harus mampu:

a. Memahami karakteristik ilmu sumber baha ajar

b. Memahami disiplin ilmu yang bersangkutan

c. Menggunakan metodologi ilmu yang bersangkutan unuk memantapkan pemahaman

d. Menghubungkan ilmu yang bersangkutan dengan tuntutan kurikuler dan perkembangan sisiwa

4. Menilai Kemajuan Proses Belajar Mengajar

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara observatif maupun secara objektif. Penilaian secara observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.[10]

Bab III

METODE PENELITIAN

Dan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan.

Pedoman Wawancara:

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang guru yang profesional itu?

2. Menurut bapak/ibu kriteria-kriteria guru yang profesional yang seperti apa?

3. Apakah profesionalisme guru itu diperlukan dalam proses belajar mengajar? Mengapa!

4. Sebagai guru yang profesional, strategi apa saja yang bapak/ibu gunakan dalam proses belajar mengajar?

Bab IV

HASIL WAWANCARA

1. Nara sumber: Drs. Paimun (Dosen BK PAI)

P: Menurut bapak kriteria-kriteria guru yang profesional yang seperti apa?

J : Menurut saya guru profesional itu harus:

1. Mempunyai pendidikan khusus guru

2. Dalam melaksanakan tugas harus penuh dedikasi atau pengabdian, masudnya tidak semata-mata mencari uang

3. Mempunya disilpin yang tinggi dan penuh rasa btanggung jawab

4. Mempunya komitmen, maksudnya senata-n=mata hanya untuk kepentingan siswa`

5. Selalu meningkatkan mutu kepribadian dan tugasnya

6. Melakukan transformasi diri, maksudnya seorang guru harus terus belajar ”long life education”

7. Mengetahui materi yang diajarkan

8. Mengetahui cara`metodologi penyampaian

9. Dapat menggunakan media pembelajaran yang relevan

10. Dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi

P: Apakah profesionalisme guru itu diperlukan dalam proses belajar mengajar? Mengapa!

J: Sangat diperlukan sekali karena dengan adanya keprofesionelismean guru proses belajar mengajar dapat mencapai keberhasilan yang optimal.

P: Bagaimana pendapat bapak tentang guru yang profesional itu?

J: Menurut saya guru prifesional adalah guru yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dan terhadap kemajuan proses pembelajaran murid.

P: Sebagai guru yang profesional, strategi apa saja yang bapak/ibu gunakan dalam proses belajar mengajar?

J: Strategi yang digunakan adalah sesuai dengan tujuan pembelajaran, contoh bila yang dituju adalah kemampuan psikomotorok maka strategi yang digunakan adlah ceramah

2. Nara Sumber: Zilfia Maharani, SPd.I. (guru matematika)

P: Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang guru yang profesional itu?

J: Menurut saya guru yang profesional itu bisa menempatkan diri, tidak mencampur adukan kegiatan pribadi dan kegiatan disekolah dan juga melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

P: Menurut ibu kriteria guru yang profesional itu yang seperti apa?

J: Yang pertama dia harus cerdas, berwawasan luas, mencintai profesinya dan melakukan tugasnya dengan baik dari segi kelengkapan kelas maupun kesiapan materi.

P: Sebagai guru yang profesional, strategi apa saja yang ibu gunakan dalam proses belajar mengajar?

J: Metode mengajar yang digunakan sesuai dengan materi yang diberikan (agar tidak monoton), menyiapkan media pengajaran sebagai alat untuk mempermudah pemahaman siswa dalm belajar, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mampu memotivasi siswa agar aktif dalam proses belajar

P: Apakah profesionalisme guru itu diperlukan dalam proses belajar mengajar? Mengapa!

J: Sangat perlu, karena profesionalisme guru itulah yang menentukan sukses atau tidaknya proses belajar mengajar

3. Nara sumber: Ade Aska Fitria, SP,d.I (Guru Agama)

P: Bagaimana pendapat ibu tentang guru yang profesional itu?

J: Menurut saya guru yang profesional itu harus memiliki wawasan yang luas, cerdas, bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi siswanya, harus bisa mengenali karekter siswa-siswanya.

P: Menurut ibu kriteria guru yang profesional itu yang seperti apa?

J: Menurut saya seorang guru harus memiliki skill, bisa menguasai kelas, berjiwa besar, pemaaf, penyabar, tidak memiliki cacat tubuh dan berpenampilan menarik juga bisa berkomunikasi dengan baik dengan teman sejawat, anak didik, masyarakat dan lingkungan sekolah dan dapat menguasai atau mengenal tujuan pendidikan nasional.

P: Apakah profesionalisme guru itu diperlukan dalam proses belajar mengajar? Mengapa

J: Iya sangat diperlukan karena profesionalisme itu sangat menunjang proses belajr mengajar

P: Sebagai guru yang profesional, strategi apa saja yang bapak/ibu gunakan dalam proses belajar mengajar?

J: Menyiapkan metode-metode yang bisa dipahami oleh siswa (sebagai guru agama saya menggunakan metode ceramah dan hafalan), melakukan pendekatan psikologis kepada siswa dengan jalan melihat perkembangan psikomotorik (keterampilan), kognitif (kemampuan otak) dan afektif (sikap).

4. Nara sumber: Ibu Rosmawati (Dosen B. Inggris PAI)

P: Bagaimana pendapat ibu tentang guru yang profesional itu?

J: Guru profesional adalah orang yang penuh tanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik.

P: Menurut ibu kriteria guru yang profesional itu yang seperti apa?

J: Guru profesional itu harus mampu menguasai mata pelajaran yang disampaikan, bertanggung jawab terhadap kesalah yang telah diperbuat dan bertanggung jawab terhadap atasan, mempunyai komitmen pada`siswa dan proses belajarnya dan guru mampu berfikir`secara sistematis tentang apa yang dilakukannya.

P: Apakah profesionalisme guru itu diperlukan dalam proses belajar mengajar? Mengapa

J: Sangat diperlukan sekali agar proses belajar mengajar`dapat berjalan secara efektif dan efisien.

P: Sebagai guru yang profesional, strategi apa saja yang ibu gunakan dalam proses belajar mengajar?

J: Stratregi yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang disampaikan, misalkan mengajarkan Bahasa Inggris Listening dengan menggunakan radio.

Bab V

ANALISIS DATA

Dari hasil wawancara diatas dapat kami simpulkan bahwa, guru yang professional itu harus memiliki wawasan yang luas, cerdas, memiliki skill yang baik, memilki kepribadian yang baik seperti bertanggung jawab, dapat merencanakan program belajar mengajar dengan baik, dapat menguasai materi yang akan disampaikan dan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Setelah kami analisis bahwa hasil wawancara diatas tidak jauh berbeda dengan buku yang kami baca. Dalam buku karangan Drs.H.Tarsa yang berjudul Basic Kompetensi Guru, didalam buku ini dijelaskan bahwa seorang guru professional itu harus mampu menguasai mata pelajaran yang diajarakan dan mampu merencanakan program pengajaran dan menguasai metode pembelajaran yang baik. Dan juga dalam buku administrasi pendidikan karangan oteng sutisna mengatakan bahwa guru profesionalisme itu harus mempuyai pengalaman mengajar, berwawasan luas, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar.

KESIMPULAN

Jadi setelah dianalis ternyata hasil wawancara dan data yang kami peroleh dari buku,bahwa antara hasil wawancara dan teori dalam buku sangat berkaitan misalnya penjelasan dari guru yang profesinal itu sama-sama menjelaskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru harus baik dan menciptakan proses belajar yang sesuai dengan tujuan yangt ingin dicapai.

HASIL PENELITIAN

Guru professional harus:

1. cerdas, yang kami maksud disini adalah bisa memberikan ide-ide yang cemerlang dalam meningkatkan mutu belajar.

2. berwawasan luas, maksudnya memiliki banyak pengetahuan. Cirri-ciri guru yang memiliki wawasan yang luas bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan murid dan selalu berfikir maju sesuai dengan kemajuan tekhnologi yang sedang berkembang

3. bertanggung jawab, yaitu melakukan tugas-tugasnya dengan baik, bertanggung jawab atas muri-muridnya, atasannya, tugas-tugasnya dan pandai mengatur waktu.

4. memiliki skill, maksudnya memiliki kemampuan/keterampilan untuk mendidik. Dan mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif

5. kepribadian,maksudnya mempunyai sikap jiwa positif terhadap pendidikan, menjadi suri tauladan yang baik bagi siswanya dan lingkungan dan seorang guru itu harus berpenampilan menarik.

6. performance, yaitu seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan tuntutan yang seharusnya



[1] Mochtar Bukhari, Pendidikan Dalam Pembangunan. (Jogjakarta : PT. Tiara Wacana, 1994). Cet. I hal. 36

[2] Piet A. Saheretian, Panji Pendidikan Profesional, (Jakarta :PT. Andi Pratiya Trikarsa Mulia, 1994) cet. I hal. 789

[3] Sadarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Teaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20-21

[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, H. 107

[5] Abdul rahman Shaleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, (jakarta : PT. Raja Grafindo persada, 2006) hal. 274

[6] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, ( Jakarta : Quantum Teaching, 2005), hal. 15

[7] Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesiona, (bandung: PT. Angkasa, 1985),hal. 65

[8] Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yokyakarta: Adi Cipta Karya Nusa, 1999), h. 98.

[9] Khoirun Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. 1, h. 183

[10] Drs.H.Tersa. basic kompetensi guru, (Jakarta: departemen agama,2003),hal.5-7.

Tugas Metodologi Penelitian

Instrumen Pengumpulan Data

A. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah angket (questionnaire), wawancara atau interview, pengamatan (observasion), ujian atau tes, dokumentasi, dan ain sebagainnya.

Intrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilh dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya pengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionaire), daftar cocok(checklist) atau pedoman wawancara, lembar pengamatan atau panduan pengamatan, soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan tes saja, inventori, skala dan lain sebagainnya.

Menurut pengertiannya, angket angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukandengan tertulis. Daftar cocock,menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pertanyaan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tannda centang atau tanda cocok ( ) pada tempat-tempat yang sudah disediakan.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti didalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode.

Tabel Pasangan Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

No

Jenis Metode

Jenis Instrumen

1.

2.

3.

4.

5.

Angket (questionaire)

Wawancara (interview)

Pengamatan /observasi

Ujian atau tes

Dokumentasi

Angket (questionaire), daftar cocok (checklist), skala, inventori(inventory)

Pedoman wawancara (interview guide), daftar cocok.

Lembar pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi, daftar cocok.

Soal ujian, soal tes, inventory.

Daftar cocok dan tabel.

  1. Angket

Angket seperti yang telan dikemukakan pengertiannya diatas merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Orang yang diharapkan memberikan respon ini disebut responden. Menurut cara memberikan respon, angket dibedakan menjadi dua jeni yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden dapat memberikan isian berupa dengan kehendak dan keadaan. Sedangkan angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang ( ) pada kolom atau tempat yang sesuai.

  1. Daftar Cocok

Daftar cocok adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek ( ). Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkaspenyajian pertanyaan serta mempermudah responden dalam memberikan respondennya.

  1. Skala

Skala menunjuk pada sebuah insrtumen pegumpulan data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakn sesuatu yang berjejang.

4. Daftar dan tabel

Daftar atau tabel adalah jenis alat yang tampaknya sederhana tetapi tidak banyak orang yang memandangnya sebagai suatu instrumen. Yang dimana daftar dan tabel yang sebelum digunakan untuk mengumpulkan data kadang-kadang baru berupa kolom-kolom tanpa judul, atau dengan judulyang masih tentatif (rencana yang masih dapat/mudah berubah.

B. Kedudukan Instrumen Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Didalam kerangka penelitian telah dikemukakan bahwa pokok utama yang menentukan segalanyadi dalam penelitian adalah permasalahan atau problematika. Permasalahan tersebut merupakan pancingan bagi dirumuskannya tujuan penelitian dan hipotesis (kalau ada). Untuk menjawab problematika, mencapai tujuan, dan membuktikan hipotesi, diperlukan data. Agar peneliti dipermudah pekerjaannya, digunakanlah instrumen pengumpulan data tresebut.

Refrerensi: Prof.Dr.Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Pt. Asdi Maha Satya,2005.

Instrumen Pengumpulan Data

A. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah angket (questionnaire), wawancara atau interview, pengamatan (observasion), ujian atau tes, dokumentasi, dan ain sebagainnya.

Intrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilh dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya pengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionaire), daftar cocok(checklist) atau pedoman wawancara, lembar pengamatan atau panduan pengamatan, soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan tes saja, inventori, skala dan lain sebagainnya.

Menurut pengertiannya, angket angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukandengan tertulis. Daftar cocock,menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pertanyaan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tannda centang atau tanda cocok ( ) pada tempat-tempat yang sudah disediakan.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti didalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode.

Tabel Pasangan Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

No

Jenis Metode

Jenis Instrumen

1.

2.

3.

4.

5.

Angket (questionaire)

Wawancara (interview)

Pengamatan /observasi

Ujian atau tes

Dokumentasi

Angket (questionaire), daftar cocok (checklist), skala, inventori(inventory)

Pedoman wawancara (interview guide), daftar cocok.

Lembar pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi, daftar cocok.

Soal ujian, soal tes, inventory.

Daftar cocok dan tabel.

  1. Angket

Angket seperti yang telan dikemukakan pengertiannya diatas merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Orang yang diharapkan memberikan respon ini disebut responden. Menurut cara memberikan respon, angket dibedakan menjadi dua jeni yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden dapat memberikan isian berupa dengan kehendak dan keadaan. Sedangkan angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang ( ) pada kolom atau tempat yang sesuai.

  1. Daftar Cocok

Daftar cocok adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek ( ). Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkaspenyajian pertanyaan serta mempermudah responden dalam memberikan respondennya.

  1. Skala

Skala menunjuk pada sebuah insrtumen pegumpulan data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakn sesuatu yang berjejang.

4. Daftar dan tabel

Daftar atau tabel adalah jenis alat yang tampaknya sederhana tetapi tidak banyak orang yang memandangnya sebagai suatu instrumen. Yang dimana daftar dan tabel yang sebelum digunakan untuk mengumpulkan data kadang-kadang baru berupa kolom-kolom tanpa judul, atau dengan judulyang masih tentatif (rencana yang masih dapat/mudah berubah.

B. Kedudukan Instrumen Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Didalam kerangka penelitian telah dikemukakan bahwa pokok utama yang menentukan segalanyadi dalam penelitian adalah permasalahan atau problematika. Permasalahan tersebut merupakan pancingan bagi dirumuskannya tujuan penelitian dan hipotesis (kalau ada). Untuk menjawab problematika, mencapai tujuan, dan membuktikan hipotesi, diperlukan data. Agar peneliti dipermudah pekerjaannya, digunakanlah instrumen pengumpulan data tresebut.

Refrerensi: Prof.Dr.Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Pt. Asdi Maha Satya,2005.